Monday, February 12, 2007

OLD IS GOLD




Aku Cinta, Kamu Cinta, Semua Cinta… , anyone of you ever remembered the tunes from the high rating TVRI’s Saturday Night slot for Apresiasi Film Indonesia? Masih teringat rasanya gimana gaya Sandy Tyas yang adem-ayem itu ngebawain ini acara sambil duduk-duduk di kursi bioskop dengan layar tempo doeloe yang slowly opened. Believe it or not, once Indonesian film industry pernah jadi apa yg disebut ‘Tuan Rumah Di Negeri Sendiri’ dengan daftar perolehan penonton yang selalu muncul tiap minggu di majalah Vista, terus pindah ke majalah Film. Trus, ada pula kategori pemberian Piala untuk film terlaris, yg biasanya selalu dimenangin film-film Warkop itu. Waktu akhirnya film Indonesia terpuruk setelah eranya film-film seks murahan yang gak jelas kemana juntrungannya, mungkin hampir semua orang ngerasa hopeless untuk bisa nonton film Indonesia yang bagus lagi. Well, now-a-days history has proven it wrong, karena sekarang, slowly but sure, mulai banyak film Indonesia yang muncul, malah sebagian bisa menang di festival-festival Internasional. Here’s the list of what I remembered, the most memorable, phenomenic and yet-the best old Indonesian movie ever made.

1.Opera Jakarta
Saduran dari novel Arswendo yang waktu itu masih pake nama Titi Nginung dengan cover simple monas ber-background ijo dan tebal seabrek-abrek itu, believe it or not, belum pernah ada penonton awam (di luar kalangan yang sempat ngeliat preview-nya, mungkin) yang nyaksiin versi lengkap film berdurasi 3 jam ini. Versi video bajakan, bioskop, sampe yang diputer di teve gak pernah sama. Ada yang dipotong di adegan sana, ada yang dimunculin di adegan sini. Mudah-mudahan nanti VCD nya bisa beredar tanpa potongan. However, karya Syumandjaja yang terkenal blak-blakan dan cenderung vulgar tanpa canggung ini bisa menghadirkan semua feeling yang ada sewaktu baca novelnya yang bergaya satire namun bertabur dialog wajar itu. Gimana bagusnya akting Ray Sahetapy, Zoraya Perucha yang santai abis, Deddy Mizwar yang emosional serta-catat-Rano Karno yang waktu itu masih kurus dan di-klimis-in sangat meyakinkan memerankan anak Jendral yang memberontak dan beraksi seperti teroris di gereja. Masih ada pameran all stars yang muncul bergantian. Dan rambut Ray, Shahrukh Khan-nya Indonesiatanpa tampang kelewat rupawan tapi sejuta kharismanya ini, yang dipotong gaya Mr T untuk peran Yoko yang petinju itu, to be honest. Cool abis.

2.Eddy D Iskandar’s High School Love Dwilogy : Gita Cinta Dari SMA & Puspa Indah Taman Hati
Mungkin jarang sekali ada film yang bisa muncul dengan pencapaian sefenomenal ini meskipun gak bicara banyak di FFI. Ini adalah film Indonesia yang paling memorable, dari kharisma Rano Karno-Yessy Gusman bersama sidekick-sidekicknya yang kemudian kebanjiran tawaran di trend film remaja yang hadir sesudahnya, nama karakter Galih & Ratna sampai ke musik yang mengangkat nama Chrisye dan Guruh Sukarno Putra dengan lagu-lagu mereka yang sampai sekarang, sumpah, dianggap klasik di seluruh Indonesia. And that second title.. rasanya gak akan ada lagi film berjudul sepuitis itu. Ever again.

3.Taksi
Pernah mikir kenapa film dengan open ending yang sangat gak jelas tapi sedikit filosofis bisa dibanjiri penonton sampe rela antri berjam-jam di depan loket di akhir-akhir masa jaya film Indonesia itu? Jawabannya ada di nama besar Rano Karno-Meriam Bellina dan sutradara Arifin C.Noer. Saking antusiasnya ke film ini, tak ada satupun penonton yang ngarepin gimana kelanjutan cerita sesudah open ending itu. Hasilnya? Sekuelnya jeblok abis di pasaran. Tapi emang jelek sih. Apalagi judulnya. Taksi Juga. Apa coba? Emang Look Who’s Talking Too? Ada aja.

4.Arini, Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat
Rano Karno lagi. With Widyawati yang jauh lebih senior tapi juga salah satu harta karun film Indonesia. Sineas-sineas sekarang yang mencoba menghadirkan setting luar negeri sebagai elemen utama film harusnya berkaca ke film ini, gimana setting San Francisco keliatan begitu hidup sebagai background yang memberi nuansa romantis lengkap dengan theme song ‘I Left My Heart In San Francisco’nya. Salah satu saduran novel terbaik Indonesia yang pernah ada. Sayang sekuelnya tak mampu bicara sekeras ini, dan Ida Iasha bukanlah Widyawati. Bukan pula Arini. In minds. And also in visualization.

5.Kejarlah Daku, Kau Kutangkap
Jauh sebelum trend urban-comedy sekarang menjamur lewat Arisan dan Janji Joni, film karya Chaerul Umam inilah yang benar-benar pantas dikategorikan kesana. Kisah cinta berbalut konflik wajar yang mengalir jujur lengkap dengan suka-dukanya yang sangat-sangat membumi. Kampungan, romantis, lucu dan menyentuh. Duo Deddy Mizwar-LydiaKandou bermain dengan chemistry luar biasa, namun justru nama Ikranegara dengan karakter Markum-nya yang begitu terangkat sampai muncul sebagai judul spin-off.

6.Tjoet Nya’Dhien
Biografi pahlawan terbaik yang pernah dibuat di Indonesia. Tak sia-sia rasanya kerja keras seorang Eros Djarot yang sebelumnya berada dibalik nama besar sang kakak, Slamet Rahardjo dalam menampilkan setting, dialog-dialog bahasa Aceh asli yang dibubuhi teks sampai penggambaran patriotisme seorang pahlawan wanita Indonesia. Diatas itu semua, akting Christine Hakim-lah yang paling berjasa menghidupkan karakter ini.

7.Pasukan Berani Mati
Heran kenapa film yang murni komersial ini bisa dikategorikan disini? Supaya jangan salah, coba lihat lagi adegan perang yang dihadirkan dibanding film-film sejenis. Tekniknya bagus, realistik, dan tak ada stunt atau aktor yang terlihat pura-pura jatuh tertembak atau melayang terkena ledakan bom. Sudah itu barisan bintangnya juga bukan asal akting. Bahkan, seorang Barry Prima yang kala itu dikenal sebagai aktor yang hanya paham urusan laga bisa tampil wajar disini. Film yang punya semua elemen yang dibutuhkan sebuah film perang Indonesia yang berkelas tanpa harus terpaku pada sejarah asli.

8.Secawan Anggur Kebimbangan
Lagi-lagi Wim Umboh, dan lagi-lagi menggunakan setting luarnegeri, kali ini Paris, sebagai background yang sangat mendukung cerita. Kurang terdengar gaungnya saat diputar, namun percayalah, chemistry Ray Sahetapy-Zoraya Perucha bersama sosok bule Didier Hamel berhasil menciptakan lovestory menyentuh dengan aspek-aspek perbenturan budaya Perancis – Indonesia yang gak kalah kalo dibandingkan ke film-film sekarang.

9.Nagabonar
Ini film yang sempat dikirim buat berkompetisi di Oscar. Meski gagal, Nagabonar yang menang di FFI merupakan salah satu film Indonesia terbaik. Lewat akting Deddy Mizwar yang tercatat sebagai pemenang piala citra berturut-turut itu, film yang mengangkat sosok anak kampung ‘turns to be’ Jendral ini berhasil menampilkan sindiran lucu tentang masa perjuangan dulu. Mungkin Belanda lebih cepat keluar dari Indonesia kalau tiap daerah punya pejuang seperti ini.

10.Dongkrak Antik
Siapa bilang Warkop gak bisa buat komedi bagus? Dari semua film-film mereka yang menjual kekonyolan jorok-jorok itu, film inilah yang sedikit beda, namun tak lantas jadi basi. Dongkrak justru jadi film mereka yang kelucuannya paling intens dan paling smart. Ada banyak joke-joke yang begitu memorable disini, sampai banyak diulang di film atau media komedi lain. O ya, kalo pengen liat debut Mat Solar yang sekarang top lewat Bajaj Bajuri-nya, cari film ini untuk koleksi.
11.Jaka Sembung
Film legenda silat Indonesia box-office yang melambungkan nama Barry Prima dan Eva Arnaz ke puncak karir mereka. Saduran komik yang bagus dari cerita sampai adegan-adegan aksi serta efek spesialnya, terutama, yang cukup populer untuk ukuran zaman itu, kepala WD Mochtar yang terputus dan jatuh ke tanah namun masih bergerak dan bicara. Sayang, sekuel-sekuel selanjutnya kelewat jelek dan terkesan murahan. Ini salah satu bukti kepopuleran Barry Prima sebagai bintang aksi terbaik yang pernah dimiliki industri perfilman nasional.

12.Catatan Si Boy 1-5
Tidak terbaik tapi cukup memorable dalam sejarah film nasional serta menciptakan sosok ideal pria idaman di masa itu. Kaya, jagoan, pintar, playboy tapi tetap taat beribadah. Tak seperti Lupus yang kehilangan sama sekali nuansa novelnya, sosok Onky Alexander benar-benar muncul sebagai idola baru berikut peran banci Emon yang diperankan salah satu maestro film Indonesia, Didi Petet, di awal-awal karirnya hingga dibuatkan spin-off nya belakangan. Film pertamanya yang sempat diganti judul menjadi Kugadaikan Cintaku (sesuai lagu Gombloh yang menjadi soundtrack) karena karakter Si Boy kurang dikenal di daerah cukup meyakinkan sebagai awal yang bagus sekaligus semakin mengangkat nama rocker Ikang Fawzi yang menyanyikan theme song dengan lirik yang tak kalah memorable itu. Sekuel kedua mengalami penurunan, namun film ketiganya benar-benar menghibur membuat franchise ini diteruskan hingga akhirnya berakhir di Catatan Si Boy 5 yang juga kadar hiburannya tinggi.

13.Doea Tanda Mata
Sebuah bukti kepiawaian Teguh Karya dalam sejarah film Indonesia. Akting Jenny Rachman terbaik sepanjang karirnya bisa disaksikan disini, sekaligus mencatat penampilan pertama bintang yang benar-benar berkualitas aktor, Alex Komang, yang waktu itu muncul di dua film berkelas Citra di tahun yang sama, dan memenangkan satu diantara dua kategori itu.

14.Cintaku Di Rumah Susun
Komedi yang mengangkat fenomena Rumah Susun yang ngetop di zaman itu. Kelucuan yang dibangun lewat skenario dengan multi-karakter ini mengangkat nama duo Kadir-Doyok yang sempat punya franchise film-film komedi itu pasca film ini.

15.Semua Karena Ginah
Nya’ Abbas Akup adalah sineas yang mampu membuat aktor-aktris non-komedi tampil begitu lucu dan natural berinteraksi dengan komedian-komedian pendukung di setiap film-filmnya yang merakyat namun penuh kritik sosial itu. Meski sekilas terlihat kampungan, tapi yang mengkonsumsinya justru lebih banyak dari kalangan kelas atas, dan Zoraya Perucha mampu menghadirkan kharisma yang pernah diusung Doris Callebaut dalam franchise Inem Pelayan Sexy dulu.

16.Pengabdi Setan
Nanti dulu kalau mau bicara tentang ketidaksetujuan banyak orang tentang tema supranatural. Film ini, terus terang, adalah film horror Indonesiaterseram yang pernah ada, dan masih begitu menakutkan bila ditonton sekarang. Tanpa saingan.

17.Pengkhianatan G30S-PKI/Penumpasan G30S-PKI
Film yang sempat menghiasi televisi tiap 30 September selama bertahun-tahun dan jadi tontonan wajib seluruh pelajar di Indonesia ini memang katanya memanipulasi sejarah, namun bukan itu yang membuatnya jadi yang terbaik. Coba perhatikan cara Arifin C.Noer membesut adegan-adegan detail tentang penyiksaan, penderitaan rakyat, rapat bawah tanah, close-up wajah-wajah bopeng sampai kaki-kaki prajurit yang melompat turun dari truk yang membuat bulu kuduk bergidik itu, lengkap dengan musik mengerikan yang di-composed Embie C.Noer. Ada banyak adegan memorable disini, dari yang ditakuti sampai yang kerap dijadikan joke hingga sekarang.

18.Gejolak Kawula Muda
Demam breakdance atau ‘Tari Kejang’ juga pernah melanda Indonesia, dan inilah salah satu yang terbaik dari trend itu. Klise tapi sangat menghibur. Dan barisan pemainnya benar-benar ultimate. Ada Chicha-Rico Tampatty-Titi DJ dan Ikang Fawzi. And that title… It was the most happening those days!

19. Koboi Sutra Ungu
Untuk yang belum pernah dengar, dulu ada kelompok mahasiswa seangkatan Warkop yang sama bersinarnya, malah sampai punya beberapa album parodi model Project Pop sekarang, namun dibalut irama orkes rakyat yang cenderung ke dangdut, sebutannya Orkes Moral. Grup mereka bernama PSP, singkatan dari Pancaran Sinar Petromak dengan maskotnya, Monos yang botak berkumis tebal serta James yang tampangnya tolol abis. Judul Koboi Sutra Ungu sendiri diplesetkan dari film drama Kabut Sutra Ungu. Karya Nya’Abbas Akup ini memparodikan banyak gaya film western terkenal masa itu, menampilkan Meriam Bellina yang baru memulai debutnya serta Titik Puspa yang legendaris, and turns out to be one of the most entertaining Indonesian comedy and the smartest Indo-parody ever. Lihat adegan joget kutu-nya. ultimately funny!
20.Buah Hati Mama
Ketimbang Nakalnya Anak-Anak yang habis-habisan nyontek The Sound Of Music, film anak-anak bernuansa melankolis ini jauh lebih layak masuk referensi. Sadly touching, and this is one movie you should see if you wanted to watch remarkable-charming acting of the late Ryan Hidayat in his child age.

21.Gundala Putra Petir
Jangan salah. Indonesia juga punya film superhero dari referensi komik superhero asli Indo yang dulu sempat menjamur dan sekarang sudah dicetak ulang dalam bentuk lebih lux itu. Biarpun diinspirasi The Flash, superhero rekaan Hasmi ini mampu tampil dengan segala ke-Indonesia-annya sendiri. That makes him better than Darna Ajaib yang ternyata asli punya Filipina bukan Indonesia itu. And to be truly honest, the underrated Teddy Purba really fits the comic character of Sancaka a.k.a Gundala Putra Petir. Efek spesialnya kampungan? Hey, itu udah kelewat lumayan untuk ukuran film Indonesia zaman itu. Mudah2an ke depannya ada film superhero Indo lagi. Godam, Maza, Kapten Mlaar (mengingat yang mlaar mlaar lagi top sejak Incredibles dan Fantastic Four), who knows? And I do think that Ungu Violet’s Rizky Hanggono should fits the Gundala role if they want to do a remake. No blaster-looks please, cause Sancaka is a traditional Indonesian man.

22. Detik-Detik Cinta Menyentuh
Ini momen bollywood dalam film Indonesia. Cerita dari orangtua, lahir, kecil sampe besar, and its almost 3 hours runningtime. Salah satu akting terbaik Rano Karno bisa dilihat di film ini, jadi anak pintar namun cacat yang mengabdikan dirinya buat jadi guru dan bersepeda kemana-mana. Peran ibu dipegang sama Tanty Yosepha yang waktu itu udah cukup lama absen, dan sang ayah yang mulanya nolak anaknya diperanin sama salah satu aktor yang masuk ke big five bukan aja karena tampang tapi juga krn aktingnya yang almost in every movies, jadi ladykiller. Emang cocok. Pas. Robby Sugara. Touching, educating, and also bluer than blue (baca:mengharu-biru)

23.Ali Topan Anak Jalanan
Bicara soal icon, sebelum Lupus, Si Boy, Si Roy, atau siapalah, Indonesia sempat punya icon anak muda di tahun 70an. Dan dia bukan Roy Marten, tapi justru seorang yang baru aja memulai karirnya di film. Gak heran, factor Yati Octavia yang terkenal krn keseksiannya itu jadi begitu penting disini. Jauh belasan tahun kemudian, perfilman Malaysiapunya film box office berjudul Ali Setan. Inspired? Maybehhh…O ya, Chrisye juga punya andil besar for makin the soundtrack so popular. Jauh sebelum Gita Cinta Dari SMA.

24.Badai Pasti Berlalu
Ini film yang gede karena soundtracknya yang dibesut Eros Djarot sama Chrisye. Memang, Christine Hakim dan Slamet Rahardjo yang waktu itu terus-terusan jadi pasangan muncul dgn chemistry yang very powerful. Akhir 90an sinetronnya juga sempat booming dengan Ari Wibowo yang jadi dokter muda berambut gondrong itu.

25.AliBaba (Ateng -Iskak) dan Alladin & Lampu Wasiat (Rano Karno)
Dua film yang sangat berhasil ngulang dongeng legenda dan jadi karya memorable dibanding Kisah Cinderella-nya Paolina Djakman-Rudy Salam yang lewat gitu aja meskipun cukup bagus. Versi duo pelawak legendaris ini bisa nyamain kelucuan versi P.Ramlee dengan banyak lawakan yang inovatif, dan Alladin-nya Rano Karno-Lydia Kandou bisa fenomenal karena belum ada film seperti ini waktu itu. Seru, penuh efek spesial yang lumayan bagus untuk ukuran dulu (ingat Jack John jadi Jin dan bawa Alladin terbang?), dan berhasil ngangkat semua elemen yang harus ada di dongeng Alladin dengan baik. Penarik lain? Ada maestro tari yang jauh-jauh diimpor dari Bollywood, Helen.
26.Satu Mawar Tiga Duri
Di zamannya Deddy Mizwar dulu komedi situasi pernah jadi trend, biarpun kebanyakan cuma ngaku2 aja. Film ini bisa bener2 dibilang pure dalam tema itu, even one of the best karena plot dan skenarionya yang cerdas aja udah bisa ngelucu tanpa mengharuskan aktor2nya ber-slapstick ria. Diangkat dari lakon panggung luar, Deddy Mizwar-Ita Mustafa plays the lovers and 3 aktor senior Indonesia plays the amusing uncles : WD Mochtar, Rachmat Hidayat dan Pandji Anom.